BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Struktur atom tidak hanya digunakan untuk distribusi
elektron yang mungkin disekeliling inti, tetapi juga energi elektron dan sifat
kemagnetannya, entalpi pengionan dan sejenisnya, yang bergantung pada
pendistribusiannya.
Sebelum tahun 1913 telah banyak karya eksperimen yang
dilakukan untuk mengukur frekuensi cahaya yang dapat diserap atau dikeluarkan
atom. Sifat khas atom yaitu bahwa mereka menyerap dan mengeluarkan cahaya hanya
pada frekuensi tertentu saja. Dari pernyataan tersebut timbul beberapa pertanyaan
diantaranya: Mengapa sifat khas atom
menyerap dan mengeluarkan cahaya hanya pada frekuensi tertentu saja? Apa
saja yang menentukan frekuensi yang tepat, yang beragam dari satu jenis atom ke
jenis atom yang lain?.
Usaha-usaha untu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut
adalah cenderung terpusat ke atom hidrogen, yang merupakan atom paling kecil
dan paling sederhana, serta mempunyai spektra paling sederhana.
I.2. Rumusan Masalah
Bagaimana
konsep-konsep spektra atom hidrogen
sesuai urutan deretnya?
I.3. Tujuan
Untuk
mengetahui bagaimana konsep-konsep spektra atom
beserta rumusannya menurut Lyman,
Balmer, Paschen, Bracket, dan Pfund
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Spektra
Energi radiasi terdiri atas sejumlah besar gelombang
elektro magnet dan memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda. Bagian-bagian
dari radiasi dapat dipisahkan dengan menggunakan alat spektrometer.
Bagian-bagian itu disebut spektrum dari radiasi tersebut. Spektrum cahaya putih
terdiri dari sinar merah, sinar jingga, sinar kuning, sinar hijau, sinar
biru-ungu, dan sinar ungu. Masing-masing warna terdiri dari sekelompok
gelombang yang berbeda-beda. (Gb. 1)
1300
|
4300
|
4500
|
4900
|
5500
|
5900
|
6500 7500
|
ungu
|
biru
ungu
|
biru
|
Hijau
|
kuning
|
jingga
|
merah
|
Gb. 1. Spektrum cahaya putih (A0)
Satuan panjang gelombang biasanya dinyatakan dalam
Angstrom, satu Angstrom adalah 10-8 Cm.
Dalam perkembangan teori atom Bohr, penyelidikan tentang spektrum
atom hidrogen mempunyai arti yang sangat penting. Pada tahun 1855 J.J. Balmer
mengungkapkan persepsinya bahwa garis spektrum atom hidrogen didaerah tampak
dan ultra violet, dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
1/λ = ῡ = RH (
1/n2 )

λ = panjang gelombang
ῡ = bilangan gelombang
RH = tetapan Rydberg = 109.677,58 cm-1
n = bilangan bulan lebih besar dari 2, yaitu 3,4, d.s.b.
Deret ini termasuk deret Balmer.
Selain deret Balmer,
terdapat pula deret-deret lain dalam spektrum hidrogen yang ditemukan oleh T.
Lyman (1906), F. Paschen (1908), F.S Bracket (1992) dan A.H. Pfund (1924),
dengan masing-masing urutan rumus sebagai berikut:
Deret ultraviolet (Lyman) ῡ = RH × ( 1/12 – 1/n2 ) n = 2, 3, 4, ...............
Deret infra merah (Paschen) ῡ = RH × ( 1/32 – 1/n2 ) n = 4, 5, 6, ................
Deret Bracket ῡ = RH × ( 1/42 –
1/n2 ) n = 5, 6, 7, .................
Deret Pfund ῡ
= RH × ( 1/52 – 1/n2 ) n = 6, 7, 8, .................
Secara umum dapat ditulis:

Tabel I. Spektrum atom hidrogen
Deret
spektrum
|
m
|
n
|
Lyman
|
1
|
2,3,4,...........
|
Balmer
|
2
|
3,4,5,...........
|
Paschen
|
3
|
4,5,6,...........
|
Bracket
|
4
|
5,6,7,...........
|
Pfund
|
5
|
6,7,8,..........
|
II.2. Struktur
Atom Hidrogen
Bohr menerima anggapan Rutherford yang menyatakan bahwa
elektron bergerak dalam orbit melingkar, tetapi Bohr menolak anggapan
Rutherford tentang hukum klasik yaitu benda bermuatan yang dipercepat
memancarkan energi. Dan dengan sembarang Bohr mengannggap:
1.
Elektron dalam
orbit tertentu memiliki energi yang khas dan tidak dapat berubah selama
elektron tetap ada pada orbit itu.
2.
Elektron hanya
dapat memiliki energi diskret tertentu.
Dengan anggapan ini, Bohr dapat menunjukkan bahwa energi
yang tersedia untuk elektron dalam hidrogen memenuhi rumus berikut:
En =
=
dengan K =
= 2,18
×
J




e = besarnya muatan elektron
m = massa elektron
h = tetapan planck
n = bilangan bulat, biasa disebut bilangan kuantum utama yang besarnya 1, 2, 3, 4, ......, setiap n
merujuk pada energi yang berbeda-beda. Besarnya energi dikaitkan dengan orbit
lingkaran yang jari-jarinya berada disekeliling inti. Berikut persamaannya:
rn =
= n2r1

dengan r1 =
= 0,05292
nm atau 0,5292 Å

Dari
persamaan diatas dapat kita lihat, jika n mendekati bilangan yang tak
terhingga, maka inti dan elektron akan terpisah dengan jarak yang tak terhingga
pula, oleh karena itu energi tarik menariknya harus nol. En pada limit ini adalah nol. Jika orbit semakin mendekati inti
(yaitu n semakin kecil), maka nilai
mutlak En bukan menjadi semakin besar
tetap menjadi semakin negatif. Besarnya
En dikaitkan dengan energi tarik menarik yang dimilik atom. Tetapi tanda En menyatakan bahwa energi yang semakin
negatif akan mengacu kepada sistem yang paling mantap terhadap elektron dan
inti yang terpisah dalam jarak yang tak terhingga.
Gambar diatas
menunjukkan tingkat energi dalam atom hidrogen dan berhubungan dengan deret
spektrum. Dari diagram diatas, elektron dan proton yang terpisah secara
sebarang ditetapkan sebagai energi nol, dan semua energi yang lainnya lebih
negatif. Atom-atom akan mengemisi cahaya jika jatuh dari tingkat energi yang lebih
tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah (tanda panah). Dan setiap deret
transisi dinamai berdasarkan nama penemunya.
II.3 Teori Atom Bohr
Terjadinya
spektra atom hidrogen dapat dijelaskan dengan teori atom Bohr. Apabila suatu
elektron menempati tingkat energi pertama, maka atom hidrogen disebut dalam keadaan dasar. Kemudian apabila suatu
elektron menyerap energi dari elektron, maka dapat pindah ke tingkat energi
yang lebih tinggi. Misalmya E2, E3, dan seterusnya.
Sedangkan apabila suatu elektron berada dalam keadaan yang tidak stabil, akan
pindah ke tingkat energi yang lebih rendah.
Gb. II. Besarnya energi potensial atom hidrogen
Tingkatan
|
Potensial
kkal/mol
|
Energi
ev
|
n = ~
|
0
|
0
|
n = 6
|
-9,7
|
-0,4
|
n = 5
|
-12,5
|
-0,5
|
n = 4
|
-19,6
|
-0,9
|
n = 3
|
-34,8
|
-1,5
|
n = 2
|
-78,4
|
-3,4
|
n = 1
|
-313,6
|
-13,6
|
Apabila
suatu elektron pindah dari tingkat energi kedua ke tingkat energi pertama,
maka:
ΔE = E2 – E1 = -3,4 ev – (-13,6 ev) = 10,2 ev
Harga
ini dapat diubah menjadi satuan lain seperti erg/atom atau kkal/mol. Energi
tersebut dirubah menjadi energi radiasi dengan frekuensi dan panjang gelombang
sebagai berikut:
ΔE = h.v. = h.c/λ
Apabila
satu mol elektron berpindah dari tingkat energi E4 ke tingkat energi
E2, maka:
ΔE = E4 -
E2 = -0,85 ev – (-3,4 ev) = 2,55 ev/elektron
ΔE = h.v. = h.c/λ
atau λ = h c/E
λ = 

λ = 4,87.10-5 cm
= 4870 Å
BAB
III
KESIMPULAN
Pada tahun 1855 J.J. Balmer mengungkapkan persepsinya
bahwa garis spektrum atom hidrogen didaerah tampak dan ultra violet, dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut:
1/λ = ῡ = RH ( ½2 -1/n2 )
Selain deret Balmer,
terdapat pula deret-deret lain dalam spektrum hidrogen yang ditemukan oleh T.
Lyman (1906), F. Paschen (1908), F.S Bracket (1992) dan A.H. Pfund (1924),
dengan masing-masing urutan rumus sebagai berikut:
Deret ultraviolet (Lyman) ῡ = RH × ( 1/12 – 1/n2 ) n = 2, 3, 4, ...............
Deret infra merah (Paschen) ῡ = RH × ( 1/32 – 1/n2 ) n = 4, 5, 6, ................
Deret Bracket ῡ
= RH × ( 1/42 – 1/n2 ) n = 5, 6, 7, .................
Deret Pfund ῡ = RH
× ( 1/52 –
1/n2 ) n = 6, 7, 8,
.................
Secara umum dapat ditulis:
1/λ = ῡ
= RH ( 1/m – 1/n2 ) m
> n
Terjadinya
garis-garis spektrum pada deret Lyman tidak lain karena terjadinya transisi
atau perpindahan elektron dari tingkat-tingkat energi lebih tinggi ( n > 1 )
yang berakhir pada tingkat energi terendah ( n = 1 ), sedangkat untuk deret
Balmer transisi elektron berakhir pada tingkat energi n = 2. Demikian
seterusnya untuk deret-deret yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Companion, audrey
L. 1991. Ikatan Kimia Edisi Kedua. Bandung
: ITB
Cotton, F. Albert,
Geoffrey Wilkinson. 2014. Kimia Anorganik
Dasar. Jakarta : UI-Press
Oxtoby, David W, dkk. 2003. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat
Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Sugiyarto, Kristian
H. 2004. Kimia Anorganik I.
Yogyakarta : UNY
Sukardjo. 1985. Kimia Anorganik. Yogyakarta : Bina
Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar